Bab 2 - Kualifikasi Arsitek (Śilpi-lakṣaṇa) dan Sistem Pengukuran (Mānopakaraṇa)
1: Aku (kini) akan menjelaskan kualifikasi para arsitek (dan) sistem pengukuran secara berurutan.
2: Dari Śiwa yang tertinggi (muncul) sang pencipta Brahmā dan juga Indra.
3-4: Bahwa Dia adalah arsitek agung alam semesta ditahbiskan oleh Tuhan sendiri. Dialah arsitek alam semesta yang hendak menciptakan dunia lagi.
Viśvakarman, Perancang Alam Semesta
5: Viśvakarman (arsitek alam semesta) ini lahir dengan empat wajah seperti wajah Brahmā dan yang lainnya.
6: Aku akan menyebutkan secara terpisah empat nama (wajah) yang dimulai dari arah timur.
7-9: Dari semua ini, wajah timur dikenal dengan nama Viśvabhū (leluhur alam semesta), wajah selatan (dikenal dengan nama) Viśvavit (maha tahu alam semesta), dan demikian pula wajah utara dinamai Viśvastha (penghuni alam semesta), (dan) wajah barat (menyandang) sebutan Viśva-sraṣṭar (pencipta alam semesta). Demikianlah (disebut) wajah yang berlipat empat.
10: Dari (wajah-wajah) ini, empat (keluarga) arsitek pertama kali dilahirkan.
11-12: Dari wajah timur lahir Viśvakarmā, dari wajah selatan Maya, dari wajah utara Tvaṣṭar, sementara (yang lahir) dari wajah barat dikenal sebagai Manu.
13-16: Viśvakarmā menikahi putri Indra, dan kemudian secara berurutan Maya menikahi putri Surendra, setelah itu Tvaṣṭar menikahi putri Vaiśravaṇa, sementara yang keempat, Manu, menikahi putri Nala.
17: Anak dari dia yang bernama Viśvakarman (Viśvakarma?) disebut sthapati (perancang utama).
18: Anak Maya dikenal sebagai sūtra-grāhin (juru gambar).
19: Anak dari resi Tvaṣṭar disebut vardhaki (desainer).
20: Anak Manu adalah takṣaka (tukang kayu). Inilah empat (arsitek), yaitu, sthapati dan yang lainnya.
flowchart TD
A(Viśvakarman) --> A1(Viśvabhū / timur)
A --> A2(Viśvavit / selatan)
A --> A3(Viśvastha / utara)
A --> A4(Viśva-sraṣṭar / barat)
A1 --> B1(Viśvakarmā + Putri Indra)
A2 --> B2(Maya + Putri Surendra)
A3 --> B3(Tvaṣṭar + Putri Vaiśravaṇa)
A4 --> B4(Manu + Putri Nala)
B1 --> C1(sthapati)
B2 --> C2(sūtra-grāhin)
B3 --> C3(vardhaki)
B4 --> C4(takṣaka)
Kualifikasi Arsitek
21: Di antara keempatnya, sthapati dikenal sebagai guru (pemandu) dari tiga lainnya.
22: Sūtragrāhin adalah guru (pemandu) dari dua (yang berikutnya) di antara keempatnya.
23: Sedangkan guru (pemandu) dari takṣaka tiada lain adalah vardhaki.
flowchart LR
A(sthapati) --> B(sūtragrāhin)
B --> C(vardhaki)
C --> D(takṣaka)
24-25: Sthapati mengetahui semua śāstra (cabang ilmu pengetahuan). Sūtragrāhin memegang sūtra (tali ukur). Vardhaki mahir dalam pekerjaan pengukuran. Takṣaka dikenal mahir dalam pekerjaan pertukangannya.
26-27: Sthapati mampu memimpin, mengetahui Veda, (dan) sangat ahli dalam śāstra (ilmu arsitektur). Sthapati disebut demikian karena ia adalah direktur-jenderal (arsitektur, perancang utama).
28-29: Di bawah arahan sthapati, sūtragrāhin dan semua yang lain selalu dengan hati-hati melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan aturan ilmu (arsitektur).
30-31: Empat kelas, yang terdiri dari sthapati dan yang lainnya, dibedakan oleh para arsitek. Sthapati dikenal memiliki kualifikasi seorang ācārya (direktur, pemberi arahan).
32: Sūtragrāhin (juga) mengetahui Veda, mahir dalam śāstra (cabang ilmu pengetahuan), dan ahli dalam menggambar (arsitektur).
33: Vardhaki juga mengetahui Veda, mampu menilai (masalah arsitektur) dengan benar, dan ahli dalam pekerjaan melukis.
34-35: Takṣaka tahu betul pekerjaannya (pertukangan), mudah bersosialisasi, suka membantu (rekan-rekannya), setia kepada teman-temannya, dan baik hati. Veda juga harus dipelajari (olehnya). (Dengan demikian) semua kualifikasinya dijelaskan.
36-38: Dalam (pekerjaan bangunan) ini, di mana pun di dunia, kesuksesan tidak dapat dicapai tanpa bantuan arsitek dan pemandu; oleh karena itu, dengan bantuan (para arsitek) ini (pekerjaan bangunan) harus dilaksanakan, karena tanpa mengikuti instruksi ini tidak ada yang dapat berhasil mencapai hasil dan tujuan akhir (yaitu, penyelesaian).
Sistem Pengukuran
39: Kualifikasi para arsitek telah (dengan demikian) dijelaskan; sistem pengukuran akan (kini) diuraikan.
40-41: Apa yang dapat dirasakan oleh mata para resi disebut paramāṇu (atom), dan delapan kali lipat dari ini dikenal sebagai rathadhūli (secara harfiah berarti debu-telinga, molekul).
42: Delapan molekul yang digabungkan adalah apa yang dikenal sebagai vālāgra (ujung rambut).
43: Delapan ujung rambut yang disatukan membentuk apa yang disebut likṣā (telur kutu).
44: Delapan telur kutu digabungkan bersama disebut yūka (kutu).
45: Delapan kutu bersama-sama disebut yava (butir jelai).
46: Delapan butir jelai yang digabungkan bersama membentuk apa yang disebut aṅgula (lebar jari).
47-48: Setiap (cara pengukuran) ini dikatakan ada tiga jenis, terutama yang berkaitan dengan (peningkatan) pengukuran yava. Dengan enam, tujuh, dan delapan butir jelai (dibedakan masing-masing) pengukuran yava terkecil, menengah, dan terbesar."
49: Dua belas aṅgula bersama-sama disebut satu vitasti (rentangan).
50: Dua vitasti membuat satu kiṣku (hasta kecil) dan satu aṅgula yang ditambahkan padanya, itu adalah prājāpatya (hasta)."
51: Satu hasta dengan dua puluh enam aṅgula dikenal sebagai dhanurmuṣṭi.
52: Satu hasta dengan dua puluh tujuh aṅgula disebut dhanurgraha.
53: Empat hasta dhanurmuṣṭi membuat (sama dengan) satu daṇḍa dan delapan daṇḍa membuat (sama dengan) satu rajju."
| Satuan | Konversi | Konversi ke Satuan yang Lebih Kecil |
|---|---|---|
| Paramāṇu (Atom) | - | - |
| Rathadhūli (Molekul) | 8 Paramāṇu | - |
| Vālāgra (Ujung Rambut) | 8 Rathadhūli | 64 Paramāṇu |
| Likṣā (Telur Kutu) | 8 Vālāgra | 512 Paramāṇu |
| Yūka (Kutu) | 8 Likṣā | 4,096 Paramāṇu |
| Yava (Butir Jelai) | 8 Yūka | 32,768 Paramāṇu |
| Aṅgula (Lebar Jari) | 8 Yava | 262,144 Paramāṇu |
| Vitasti (Rentangan) | 12 Aṅgula | 3,145,728 Paramāṇu |
| Kiṣku (Hasta Kecil) | 2 Vitasti | 24 Aṅgula |
| Prājāpatya (Hasta) | 2 Vitasti + 1 Aṅgula | 25 Aṅgula |
| Dhanurmuṣṭi (Hasta) | - | 26 Aṅgula |
| Dhanurgraha (Hasta) | - | 27 Aṅgula |
| Daṇḍa | 4 Dhanurmuṣṭi | 104 Aṅgula |
| Rajju | 8 Daṇḍa | 832 Aṅgula |
Penerapan Sistem Pengukuran
54: Hasta kiṣku digunakan dalam mengukur alat angkut dan dipan.
55: Hasta prājāpatya digunakan dalam mengukur semua jenis rumah besar.
56: Dan bangunan diukur dengan apa yang disebut hasta dhanurmuṣṭi.
57: Pengukuran desa dan objek lain semacamnya harus dilakukan dengan hasta dhanur-graha.
58: Tetapi pengukuran dalam hasta kiṣku dapat digunakan untuk mengukur semua objek.
Alat Ukur
59-60: Samī (Acacia suma), śāka (Ocimim sanctum), cāpa (pohon busur?), khadira (Acacia catechu), tamālaka (Xanthochymus pictorius), kṣīriṇī (pohon susu) dan tindinī (pohon asam) dikenal sebagai jenis kayu untuk tongkat ukur.
61-63: Setelah memilih kayu (untuk tongkat ukur), kayu itu harus direndam dalam air selama tiga bulan. Setelah dicuci, kayu itu harus dikeluarkan (dari air) dan dibelah oleh tukang kayu. Bagian getah dari kayu yang dibelah itu harus dibentuk menjadi (potongan) persegi empat (yang padat).
64-65: Panjangnya harus satu hasta, lebarnya satu aṅgula (tiga per empat inci), dan ketebalannya dinyatakan setengah aṅgula. Tongkat ukur (secara harfiah, ukuran hasta) harus ditandai dengan akurat.
66-67: Kramuka (pohon pinang) atau veṇu (bambu) dinyatakan (cocok sebagai) kayu untuk batang (pengukur yang harus) tidak bengkok, tidak patah, tidak berpori, tetapi halus.
68: Viṣṇu dinyatakan sebagai dewa pelindung dari (kayu untuk) tongkat ukur dan batang (pengukur).
69-71: Pembuat tali harus membuat tali (rajju) dengan serabut kelapa yang terbelah, dengan rumput kuśa (Poa cynosuroides), kulit pohon beringin, benang sutra kapas, dan kiṃśuka (Butea frondosa), kulit pohon palem, dan ketaka (Pandanus odoratissimus), atau dengan kulit pohon lain yang cocok.
72: Diukur menyamping, lebar tali pengukur harus satu aṅgula.
73-74: Tali harus dibuat bebas dari simpul (ikatan, tidak terputus) dan tiga lapis untuk (mengukur objek arsitektur) para Dewa, Brahmana (dewa di bumi) dan Raja (Kṣatriya), dua lapis untuk (milik) para Vaiśya, dan satu lapis untuk (milik) para Śūdra.
75: Vāsukī (dewa ular) adalah dewa pelindung tali (pengukur), dan Brahmā dikenal sebagai dewa pelindung pengukuran.
76-77: Dengan demikian memastikan tongkat ukur (hasta), tali, dan demikian pula, batang pengukur, dan mengingat dewa-dewa pelindung itu, vardhaki harus melaksanakan pengukuran (suatu objek).
78: Objek-objek arsitektur yang diukur dengan cara ini akan berhasil.
79: Seseorang yang melakukan apa yang tidak diperintahkan akan menerima hasil yang kurang.
80: Oleh karena itu, arsitek harus menghindari (hal-hal yang tidak ditentukan) tetapi ia harus melakukan secara menyeluruh (apa yang telah ditentukan)."
Demikianlah dalam Mānasāra, ilmu arsitektur, bab kedua, berjudul: "Deskripsi Rincian Pengukuran".