Bab 5 - Pemeriksaan Tanah (Bhū-parīkṣā)
1: Aturan untuk pemeriksaan tanah [yaitu, bhūparīkṣā] akan dijelaskan secara singkat dalam ilmu (arsitektur) ini.
Persiapan
2-4: Setelah memilih tanah yang memiliki kontur, warna, suara, dan sebagainya; seperti yang dijelaskan sebelumnya dan setelah melakukan persembahan arsitektur seperti biasa, arsitek ahli kemudian harus mengucapkan doa (secara harfiah, hari yang sukses) bersama dengan suara alat musik yang merdu (tanduk).
4-9: "Biarlah semua makhluk, iblis dan dewa juga, meninggalkan tempat ini; biarlah mereka pergi ke tempat lain dan menetap di sana," mantra ini harus diucapkan berulang kali dengan suara rendah. Setelah memilih sebuah pot, pot itu harus ditempatkan (dengan benar) dan ditutupi (dengan tanah) di mana semua benih harus ditabur dengan pupuk kotoran sapi dan harus diawasi pertumbuhan tunas yang lebat dari benih yang tidak terkendali.
10: Sapi, lembu, dan anak sapi harus dibawa ke sana.
11-14: Selanjutnya (tanah itu) dicap dengan jejak kaki dan pernapasan ternak, digemakan dengan suara lembu, dan dibuat putih dengan cara menyebar jelai (yang tumbuh di atasnya) secara kolektif, dilumuri dengan kotoran sapi yang jatuh seperti keluarnya anak sapi dari sapi, dan kemudian dihuni oleh penggembala sapi.
15: Dihiasi dengan bulu kuduk(?) yang dihasilkan dari busa mengunyah mamahan dan juga dengan jejak kaki sapi.
16: Dilengkapi dengan air yang jernih dan harum dengan bau sapi.
17: Pada hari yang baik (dibuat demikian) sesuai dengan posisi rasi bintang.
18-19: Pada saat yang baik, karaṇa (sebelas pembagian hari) dan lagna (konjungsi), sementara para Brahmana yang sangat terpelajar terus mengucapkan semua doa yang baik (secara harfiah, tentang hari yang baik).
Pemeriksaan Tanah
20-22: Di tempat yang (dipilih), tanah harus digali hingga mencapai lokasi bangunan. Ia (tangki yang digali) harus dibuat persegi (dalam bentuk) dan satu hasta dalamnya, dan diisi dengan air hingga tingkat yang sama pada keempat sisinya.
23-25: Menurut perintah kitab suci (śāstra), Ambikā (dewi) yang cantik harus disembah dan dihormati dengan semua perhiasan, air, parfum, bunga, serta beras yang tidak dikupas. Kemudian di pagi hari, (pembangun) yang bijaksana harus mempersembahkannya persembahan susu, nasi, dan gula.
26-27: (Duduk di atas) rumput kuśa yang tersebar di tanah dekat tangki, (pembangun) yang setia dan terkendali dengan pikiran terpusat dan kepalanya menghadap ke timur (harus berdoa sebagai berikut).
28-29: "Semoga bumi yang agung makmur dalam jagung dan kekayaan. Aku bersujud kepada-Mu, sumber berkah dan (mohon) jagalah dirimu agar tetap kering dan senantiasa baik."
30: Setelah mengulangi doa (mantra) ini, (upacara) puasa harus dilakukan.
31: Di pagi hari, pembangun yang bijaksana bersama dengan para arsitek harus memeriksa kondisi, (air di dalam tangki).
32-33: Jika terlihat bahwa ada sisa air, (tanah itu) haruslah dianggap baik; jika (di sisi lain) (seluruhnya) mengering, itu berarti kehilangan kekayaan dan rezeki; dan jika basah, itu berarti kehancuran.
34-35: Jika (rongga) itu diisi dengan tanah (yang digali sebelumnya) dari semua sisi, tanah itu cukup baik; jika tidak diisi dengan tanah (yang sama), tanah itu buruk; dan jika terisi berlebihan, tanah itu baik.
36: Setelah melihat (hasil dari pemeriksaan ini) akan baik bagi sang Tuan untuk berjalan mengelilingi lokasi (untuk memastikan bahwa semua bagian sama baiknya).
37: Tanah (yang) seperti sapi yang sangat produktif (baik dalam segala hal) harus dipilih (sebagai lokasi bangunan) untuk mendapatkan (semua) kemakmuran (darinya).
Prosedur Pengujian Kualitas Tanah
| # | Prosedur |
|---|---|
| 1 | Penggalian dan Pengisian Air Sebuah "tangki" atau rongga berbentuk persegi digali sedalam satu hasta di lokasi yang dipilih. Rongga ini kemudian diisi dengan air hingga penuh dan rata di keempat sisinya. |
| 2 | Ritual dan Doa Sebelum pengujian, sebuah ritual persembahan dilakukan untuk dewi Ambikā, menggunakan perhiasan, bunga, parfum, dan persembahan lainnya. Setelah itu, pembangun berdoa di dekat tangki, memohon kemakmuran dari bumi dan meminta tanah untuk tetap kering dan baik. |
| 3 | Puasa dan Pemeriksaan Setelah ritual dan doa, upacara puasa dilakukan. Pada pagi hari berikutnya, pembangun dan arsitek memeriksa kondisi air dalam rongga. - Hasil Baik: Jika masih ada air yang tersisa, tanah dianggap subur dan baik. - Hasil Buruk: Jika air mengering seluruhnya, itu menandakan kerugian rezeki dan kekayaan. Jika tanah menjadi basah dan berlumpur, itu meramalkan kehancuran. |
| 4 | Uji Kepadatan Tanah Tanah yang digali sebelumnya dimasukkan kembali ke dalam lubang. - Hasil Baik: Jika tanah terisi hingga penuh atau bahkan melebihi volume galian, tanah itu dianggap sangat baik. - Hasil Cukup Baik: Jika tanah terisi pas hingga penuh, kualitasnya dianggap cukup baik. - Hasil Buruk: Jika tanah tidak dapat mengisi rongga galian, itu menunjukkan kualitas tanah yang buruk. |
| 5 | Pengamatan Akhir Setelah semua pengujian, sang Tuan disarankan berjalan mengelilingi lokasi untuk memastikan kualitas tanah merata di seluruh area. Tanah yang dianggap ideal adalah tanah yang subur dan "seperti sapi yang sangat produktif". |
Pembajakan Tanah
38: Tanda-tanda karakteristik lembu untuk membajak (lokasi yang dipilih) akan dijelaskan berikut ini.
39-40: Keputihan dan cokelat serta merah dan kuning, setiap lembu ini baik adanya.
41: Yang berwarna-warni dan yang memiliki tanda bekas tongkat harus dihindari.
42: Mereka yang tanduknya melengkung ke bawah, memiliki tanduk berlebihan, atau tanduk yang saling bersilangan juga harus dihindari.
43: Mereka yang terlalu muda atau terlalu tua juga harus dihindari: ini adalah pandangan (para ahli) mengenai urusan memasang kuk (lembu dalam membajak lokasi yang dipilih).
44: Lembu yang memiliki bintik yang disebabkan oleh gigitan dan yang penglihatannya cacat harus dihindari.
45: Mereka yang memiliki ekor pendek, kuku seperti cakram, dan kekurangan kekuatan juga harus dihindari.
46: Mereka yang memiliki telinga robek dan gigi tanggal dan timpang di kaki harus dihindari.
47-50: Yang secara alami berwarna putih dan memiliki bintik di bagian depan keempat kaki, di pangkal tanduk, dan di tengah dahi, dan yang memiliki mata menyerupai bunga, merah, terpasang dengan baik, dan meluas: orang yang terpelajar tidak boleh melewatkan lembu seperti itu, tetapi hendaknya menjadikan karakteristik tersebut sebagai pertanda atau aturan dasarnya.
51-52: Cincin emas harus dililitkan di sekitar bagian depan tanduk dan kuku (lembu yang terpilih). Pelat dahi serta telinga juga harus dihiasi dengan emas.
53-55: Pada hari sebelum membajak, pembangun yang bijaksana harus melakukan, seperti yang dinyatakan (oleh para leluhur), pemasangan kuk percobaan pada lembu ke bajak untuk pembajakan awal pertama. Aku (sekarang) akan menjelaskan rincian bajak.
56-57: Pohon Babūl (Acacia catechu), nimb (Azadirachta Indica), pinus (Pinus Longifolia), dan tanaman yang mengandung getah susu dan darah: ini adalah pohon yang diinginkan untuk membuat alat pembajak.
58-59: Panjang bajak harus satu, satu-seperempat, atau satu-setengah hasta; dan lebarnya di bagian bawah harus tiga, empat, atau lima mātra (yaitu, aṅgula masing-masing tiga perempat inci).
60: Di tengah panjangnya, bajak harus sedikit bengkok, dan memiliki tepi (seperti telinga).
61: Bagian bawahnya harus berbentuk segi delapan, setengahnya adalah tiga jalur seperti daun bambu.
62: Di bagian atas bawahnya, ujung atas batang bambu harus didorong masuk.
63: Panjang batang harus tiga hasta dan lebarnya proporsional sehingga menjadikannya kuat.
64: Panjang pegangan bajak harus satu setengah hasta, dan lebarnya di bagian bawah lima aṅgula.
65: Sebagai alternatif, panjang pegangan bajak bisa satu seperempat hasta, atau satu hasta.
66: Ujung atas pegangan bajak yang berakhir di pangkal bajak harus dua aṅgula.
67: Satu hingga satu setengah aṅgula harus sesuai sebagai ketebalan pegangan.
68: Pangkal pegangan bajak secara khusus harus dilengkapi dengan (perangkat) seperti daun teratai.
69-70: Panjang mata bajak di bagian depan pegangan harus tiga, empat, lima, atau enam aṅgula; dan tingginya harus dua atau tiga aṅgula, dan harus dilengkapi dengan semua perangkat."
71: Pada lubang (di dalamnya) tukang kayu harus memasang paku besi.
72: Panjang kuk harus dibuat dua setengah hasta.
73: Lebar di tengah mata bajak harus tiga, empat, atau lima aṅgula.
74: Lebar kedua ujungnya harus masing-masing dua atau tiga aṅgula.
75: Ini harus menjadi ukuran kuk yang berkurang secara bertahap dari tengah menuju bagian depan dan belakang.
76: Harus ada dua lubang untuk memasang kuk pada lembu, satu di setiap setengah kuk.
77: Di tengah-tengah antara kedua lubang ini, (batang) bajak harus dipasang.
78: Pada saat yang menguntungkan dan konjungsi rasi bintang (zodiak), pembajakan harus dimulai.
79: (Baik) lembu maupun arsitek harus dihiasi dengan harum-haruman dan bunga.
80-82: Dengan dilengkapi ornamen pada lima anggota badan dan mengenakan sepotong kain putih dan pakaian atas, arsitek yang bijaksana harus bermeditasi pada dua lembu sebagai matahari dan bulan, pada bajak sebagai dewa Babi (Viṣṇu), dan pada pembangun sebagai Brahmā.
83: Para Brahmana harus mengucapkan doa terbaik sesuai kemampuan mereka.
84: Kemudian arsitek harus membajak di antara lantunan suara-suara yang penuh harapan (doa).
85: Dia (arsitek utama) harus membajak (hanya) tiga putaran dan sisanya pembajakan (lokasi yang dipilih) harus dilakukan oleh para Śūdra (yaitu, petani).
86-87: Selama membajak, petani juga harus bersih dan penuh perhatian, dan memberi tahu para arsitek ketika pembajakan selesai sepenuhnya.
Prosedur Pembajakan Tanah
| # | Prosedur |
|---|---|
| 1 | Pemilihan Lembu Lembu yang ideal memiliki warna seperti keputihan, cokelat, merah, atau kuning. Ada juga kriteria fisik tertentu yang sangat diutamakan, seperti warna mata yang menyerupai bunga dan bintik-bintik di bagian dahi dan pangkal tanduk. Lembu dengan ciri-ciri seperti ekor pendek, kuku seperti cakram, tanduk yang cacat, atau memiliki penyakit seperti telinga robek dan gigi tanggal, harus dihindari. Lembu yang terpilih akan dihiasi dengan cincin dan ornamen emas di kuku, tanduk, dahi, dan telinga. |
| 2 | Pembuatan Bajak Alat bajak dibuat dari kayu pilihan, termasuk pohon Babūl, Nimb, atau pinus. Ukuran dan bentuk bajak dijelaskan dengan presisi tinggi: - Panjang: Satu, 1.25, atau 1.5 hasta. - Lebar: Tiga, empat, atau lima aṅgula. - Bentuk: Bagian bawah bajak berbentuk segi delapan, sedangkan bagian pegangannya melengkung dan dilengkapi dengan ornamen menyerupai daun teratai. - Kuk: Kuk yang menghubungkan bajak ke lembu memiliki panjang 2.5 hasta dan dilengkapi dengan lubang-lubang untuk pemasangan. |
| 3 | Proses Proses pembajakan bukan sekadar kegiatan pertanian, melainkan upacara spiritual yang sakral. - Persiapan: Arsitek dan lembu yang terpilih dihias dengan wewangian dan bunga. - Meditasi: Arsitek utama melakukan meditasi dengan membayangkan kedua lembu sebagai matahari dan bulan, bajak sebagai dewa Viṣṇu (dalam wujud babi hutan), dan pembangun sebagai dewa Brahmā. - Prosesi: Para Brahmana mengucapkan doa keberuntungan saat arsitek mulai membajak. Namun, arsitek hanya membajak sebanyak tiga putaran, dan pekerjaan selanjutnya diselesaikan oleh para Śūdra (petani) yang juga harus berada dalam keadaan suci dan penuh perhatian. |
88: Tanah dikenal sebagai fondasi dari semua jenis bangunan.
89: Oleh karena itu, pembangun yang bijaksana harus melakukan pemilihan lokasi (dan persiapan tanah) sebagaimana yang diperintahkan di atas.
90: Segala sesuatu yang dimulai dari pemilihan (lokasi) hingga akhir (persiapan tanah) yang dilakukan karena ketidaktahuan, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan.
91: Dengan demikian, pemeriksaan objek pembangunan ini (yaitu, tanah) harus dilakukan sesuai dengan semua ketentuan ini.
Demikianlah dalam Mānasāra, ilmu arsitektur, bab kelima, berjudul: "Pemeriksaan Tanah".