Skip to content

Kakawin Mayantaka

Kakawin Mayantaka digubah oleh Mpu Danghyang Nirartha, seorang tokoh Hindu yang hidup sekitar abad ke-16 M. Kakawin ini berkisah tentang riwayat Raja Maya yang bersifat jahat kemudian dibasmi oleh Dewa Indra. Dalam kelahiran berikutnya, Maya sudah terbebas dari karma buruknya dan menjadi leluhur yang menurunkan raja-raja di Bali. Cerita Mayantaka ini sejalan dengan Usana Bali, di mana tokoh Raja Maya ini diidentikkan dengan Mayadenawa.

Ikhtisar

Intisari dari cerita Kakawin Mayantaka adalah sebagai berikut.

  • Pada zaman Kretayuga, Dewa Siwa yang bermaksud membangun istana di Pulau Bali dengan cara meletakkan pecahan Gunung Kailasa (atau Mahameru) di tengah pulau. Pecahan gunung ini dikenal dengan nama Gunung Tolangkir.
  • Kemudian diceritakan ada seorang resi bernama Begawan Kasyapa yang dinikahkan dengan Dewi Danu. Dari perkawinan keduanya, lahirlah Maya yang memiliki sifat yang berbeda dengan kedua orang tuanya. Maya dikenal sangat sakti dalam peperangan bahkan hendak menyerang Kahyangan Gunung Tolangkir.
  • Dewa Siwa yang maha mengetahui segera mengutus Dewa Indra untuk menghadapi Maya dan pasukannya. Terjadilah perang besar-besaran antara pasukan dewata yang dipimpin oleh Dewa Indra dengan pasukan Maya.
  • Di penghujung peperangan, Maya berhasil dibunuh oleh Dewa Indra. Darahnya mengalir ke Sungai Patanu, yang kemudian dianggap terkutuk dan dilarang untuk dikunjungi. Sebelum pulang ke Gunung Tolangkir, Dewa Indra dan pasukannya beristirahat di sebuah pancuran yang dikenal sebagai Tirta Empul.
  • Setelah peperangan berakhir, Bali kembali mengalami masa-masa damai. Waktu kemudian beralih ke zaman Kaliyuga, yaitu ketika para dewa kembali ke Swargaloka. Dewa Indra memikirkan nasib orang-orang Bali. Agar nilai moral dan etika terus dijaga, Maya yang telah dibersihkan dari karma buruknya diutus Dewa Indra untuk turun ke Pulau Bali sebagai manusia.
  • Maya bersama Ratna Malini turun ke Pulau Bali dan bertemu dengan pendeta bernama Sang Masula Kahyangan. Maya kemudian dinikahkan dengan Ratna Malini dan memiliki dua belas putra. Sebelas di antaranya moksa, sedangkan yang terakhir bernama Tokawa menikah dengan manusia biasa bernama Praya Towulung. Kedua pasangan inilah yang kemudian menurunkan raja-raja yang berkuasa di Pulau Bali.

Artefak

# Keterangan
Judul Usana Bali Mayantaka
Nomor K.51/P
Penulis Danghyang Nirartha
Lokasi Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
Dimensi 43 cm x 35 cm, 22 lembar

Mayantaka

Lihat

Komentar