Skip to content

Kakawin Siwaratrikalpa

Kakawin ini menceritakan tentang seorang pemburu bernama Lubdhaka yang tidak mengenal dharma sama sekali, namun dirinya mendapatkan anugerah masuk ke surgaloka dari Dewa Siwa. Anugerah ini diberikan oleh karena Lubdhaka tidak sengaja menjatuhkan daun ke atas lingga di atas danau pada hari raya Siwaratri. Dari kakawin ini, tersirat pesan moral bahwa seseorang yang berdosa sekalipun dapat masuk ke surga.

Ikhtisar

Intisari dari cerita Siwaratrikalpa atau Lubdhaka adalah sebagai berikut.

  • Dialah Lubdhaka, seorang pemburu β€” nisada yang tinggal di gunung bersama istri dan anak-anaknya. Entah takdir hidup macam apa yang diterimanya, sehingga selama hidupnya tidak pernah tersentuh oleh agama β€” dharma dan adharma tak dikenalinya. Yang diketahuinya hanyalah membunuh satwa rimba yang tak bersalah.
  • Suatu ketika, tibalah saat yang kurang menguntungkan bagi Lubdhaka. Tak ada satu pun hewan buruan yang menampakkan diri. Lolongan serigala malam pun tak terdengar. Malam itu benar-benar sepi, warga hutan seperti sedang bermigrasi ke tempat lain.
  • Karena sudah lelah, dia beristirahat sejenak di tepi danau. Dia minum dan mandi di sana. Dia berpikiran kalau-kalau tertidur di bawah, maka mungkin dia akan binasa oleh binatang buas yang berkeliaran di malam hari. Syahdan dia naik ke sebuah pohon besar di sana untuk beristirahat sambil menunggu manakala ada hewan yang bisa diburunya.
  • Malam pun tiba, Lubdhaka mulai mengantuk. Untuk membuat dirinya terus terjaga sepanjang malam, maka dia memetik daun pohon itu dan dijatuhkan satu persatu ke danau. Tak terdengar ada suara, selain lembut desiran angin malam yang menggoda. Lubdhaka terus menjatuhkan dedaunan, seraya menghitung detik-menit hingga fajar menjemput. Dia mencoba melangkah pulang. Setibanya di rumah, diceritakanlah kemalangannya kepada istrinya.
  • Singkat cerita, Lubdhaka menderita sakit keras. Tubuhnya sudah terkulai lemah, tak mampu menanggapi keinginannya untuk mengayomi keluarganya. Nafasnya sesak, seluruh sendi tubuhnya memberontak! Akhirnya, denyut jantungnya berhenti, jiwanya telah meninggalkan raganya. Istri dan anaknya hanya bisa menangisi kepergian Lubdhaka untuk selama-lamanya.
  • Sukma Lubdhaka tiba di halte penantian. Tak dikenalinya jalan-jalan di sekitarnya, karena semasa hidupnya tidak mengenal dharma dan adharma.
  • Bala pasukan Dewa Yama, penguasa neraka bersiap untuk menjemput Lubdhaka, oleh sebab ia tidak pernah berdharma sama sekali dan neraka adalah tempat yang pantas untuknya.
  • Di Swargaloka, Dewa Siwa mengutus pasukan Gana juga untuk menjemput Lubdhaka. Para Gana ini pun terheran-heran, karena tak diketahuinya dharma pahala yang dikerjakannya. Kemudian Dewa Siwa menjelaskan bahwa Lubdhaka pernah melakukan ritus kuno yang pernah diajarkan, namun jarang sekali orang melakukannya. Ritus ini ialah Puja Siwaratri, yang dilakukan dengan berjaga sepanjang malam Dewa Siwa. Lubdhaka mempersembahkan daun ke telaga, yang tepat di dalamnya terdapat linggaβ€Šβ€”β€Šarca perwujudan Dewa Siwa, pada malam suci yang ditentukan itu.
  • Diceritakan bala tentara Dewa Yama dan Gana bertempur habis-habisan untuk merebut Lubdhaka. Kemenangan berada di pihak Gana, sehingga dibawalah Lubdhaka menuju ke Swargaloka.
  • Merasa bingung atas keputusan Dewa Siwa, datanglah Dewa Yama sendiri ke Swargaloka. Di sanalah, Dewa Siwa menjelaskan bahwa Lubdhaka pernah melakukan ritus kuno yang utama, Puja Siwaratri, yang tak pernah dilakukan orang-orang pada zaman itu. Agaknya ini memang tidak sengaja, namun demikianlah ketetapan Sang Hyang Jagatnatha.

Artefak

# Keterangan
Judul Kakawin Siwaratri Kalpa
Nomor 22/6/Ka/Dokbud
Penulis Tanakung
Lokasi Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
Dimensi 24 cm x 3 cm, 56 lembar

Siwaratrikalpa

Lihat

Komentar